#KenapaBelumMenikah 01
Holaaa!!!
Ini nih yang gue janjiin sebelumnya. Jadi akhirnya gue memilih #KenapaBelumMenikah sebagai topik untuk dibahas dalam tulisan gue di blog ini...
Sebenernya
gue bingung mau kasih tema apa untuk tulisan kali ini, karena ketika gue vote
antara “Kenapa Belum Menikah” dan “Kenapa Menikah Muda” hasilnya beda tipis.
Memang lebih banyak yang memilih “Kenapa Menikah Muda”, tapi beberapa dari
orang yang memilih ini justru adalah orang-orang yang tidak ‘terlalu’ ingin
menikah muda. And finally gue memilih tema “Kenapa Belum Menikah?”. Nanti kalau
memang ada inspirasi, gue akan nulis juga “Kenapa Menikah Muda” ;)
Sebenernya
gue masih cukup muda untuk memikirkan menikah, walaupun di sisi lain gue juga bisa
dibilang cukup umur untuk menikah. Karena vote kali ini gue memanfaatkan
aplikasi instagram, jadi responden dari survey gue kali ini sebagian besar
adalah teman-teman gue sendiri. Temen kuliah, temen sekolah, yang rata-rata
usianya gak beda jauh dari gue. Ada yang sudah menikah, ada yang akan menikah,
dan ada yang sudah punya calon tapi belum merencanakan untuk menikah, bahkan
ada juga yang belum punya calon dan belum terpikir untuk menikah.
Untuk
bagian pertama ini, gue akan menulis dari sudut pandang perempuan (khususnya
gue sendiri) alasan kenapa belum menikah...
Menikah...
Perempuan mana yang gak pengen menikah? Sejujurnya gue pernah berpikiran untuk
menikah muda, yaa sekitaran umur 21-22 tahun gitu. Kenapa? Karena dulu gue berpikir, saat
gue diusia 21-22 tahun, mama-papa sudah mulai menginjak usia setengah abad.
Melihat kondisi kesehatan mama juga, dulu gue berpikir untuk pengen segera
menikah supaya mama punya kesempatan untuk menimang cucu. Yaa bukan bermaksud
apa-apa, tapi kan kita manusia gak ada yang tau sampai umur berapa kita akan
hidup. Apa salahnya menikah seawal mungkin? Itu alasan utamanya. Dulu...
Sejak
SD/SMP (gue lupa) gue membuat rencana harus sekolah dimana, kuliah
dimana, dan menikah di usia berapa. Dan gue memilih usia antara 21-22 tahun untuk menikah, tepat setelah gue lulus kuliah. Gue
harus sekolah di SD, SMP, SMA (entah dimana) yang penting sekolah negeri.
Begitupun dengan kuliah, gue harus kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Pada saat itu PTN yang gue tau cuma Universitas Airlangga, karena papa-mama
dulu kuliah disana dan pertama kali ketemu disana (katanya), gatau lagi yaa bener apa nggak. Gue pengen kuliah disana
juga, ambil jurusan psikologi (yang waktu SMP entah kenapa gue terobsesi
banget), ketemu jodoh disana, dan menikah setelah lulus kuliah (empat tahun).
Tepat saat umur gue 21-22 tahun. Itu adalah pemikiran liar dan harapan polos seorang
anak usia SD/SMP yang belum tau kalau ternyata hidup serumit ini.
Seiring
berjalannya waktu, gue sadar sepenuhnya bahwa manusia cuma bisa berencana. Gue
sadar kalau gue cuma manusia yang penuh kekurangan. Tuhan yang paling tau apa
yang kita butuhin. Gue ngikutin aja jalan yang dikasih Tuhan. Alhamdulillah,
gue selalu sekolah di sekolah negeri sejak SD sampai SMA sesuai keinginan gue.
Begitupun ketika kuliah, alhamdulillah gue masuk PTN walaupun bukan PTN yang
awalnya gue pengen banget. Dan di kampus inilah segala macam rencana dan pola pikir
gue mulai banyak berubah.
Awal
masuk kuliah, gue masih punya keinginan untuk menikah muda. Empat tahun kuliah,
hampir setiap tahunnya gue galauin orang yang berbeda. Tahun pertama dengan Si
A, tahun kedua dengan Si B, tahun ketiga dengan Si C, dan tahun keempat gue
sudah capek deket sama cowok. Gue gak pernah sedikitpun punya pikiran untuk
main-main atau gak serius ketika menjalin hubungan di masa kuliah ini. Gue selalu
serius ketika sudah bener-bener memutuskan untuk fokus cuma sama satu orang.
Tapi kenyataannya, orang yang gue seriusin ini gak pernah serius sama gue. Dua
dari tiga orang itu selingkuh di depan mata gue, dan pergi tanpa penjelasan.
Sedangkan Si C sedikit berbeda. Kita yang memang sudah kenal sejak lama, tanpa
alasan memutuskan untuk memulai. Hingga akhirnya memutuskan untuk berpisah dengan
alasan yang sebenarnya gue juga gak tau apa. Dan bahkan sampai saat ini gue
masih menerka-nerka. Oke gak masalah.
Sekarang?
Gue baik-baik saja, gue sudah gak benci mereka yang berkhianat. Gue memaafkan
dan mengikhlaskan mereka untuk orang yang lebih pantas dan lebih baik dari gue. Yang sudah lewat yaudah lah yaa...
TAPI...
Karena
kasus terakhir itulah gue mulai sadar, banyak hal yang harus dipikirkan sebelum
memutuskan untuk serius dalam menjalin hubungan (walaupun belum sampai tahap menikah).
Bahkan gue yang (merasa) sudah kenal dia bertahun-tahun pun masih belum bisa memahami
dia sepenuhnya, masih belum bisa tau apa alasannya tiba-tiba mengakhiri
hubungan kita. Gue memikirkan banyak hal yang mungkin menjadi penyebab dia
mutusin gue, mulai dari dia yang memang sejak awal gak serius, teman-temannya
yang mungkin gak setuju dan ngomongin hal-hal gak baik tentang gue ke dia (jadi
su’udzon sama orang kan gue), orang tuanya yang mungkin gak ‘sreg’ ketika
pertama kali ketemu gue, dan ‘perbedaan’ diantara kita yang sebenernya gak
begitu besar kalo dilihat dari luar, tapi akan sangat berdampak besar
dikemudian hari kalau kita tetap bersama. Dan itu yang sekarang malah jadi momok
tersendiri buat gue setiap deket sama cowok. Hal-hal yang ‘mungkin’ menjadi alasan kenapa
hubungan gue kandas ini selalu gue jadikan patokan ketika berencana serius sama
cowok. Belum apa-apa gue sudah mengukur seberapa besar kemungkinan hubungan ini akan berhasil. Terutama masalah ‘perbedaan’ dalam hal apapun ya... Prinsip hidup, cara berpikir,
keyakinan. Kan sedih guenya yakin dianya nggak :(
Sejak
saat itu gue memutuskan untuk berhenti berharap, berhenti percaya dan
menganggap semua yang datang itu punya niat serius seperti gue, dan menganggap
semuanya sebatas teman. Mungkin beberapa orang akan berpikir gue jahat karena
menutup kesempatan buat orang yang (mungkin) mau memperjuangkan gue. Mungkin
ada juga yang berpikir gue sok cantik, sok banyak yang suka sampai nolak-nolak.
Terserah... yang jelas itulah alasan kenapa untuk saat ini gue sudah tidak lagi memiliki keinginan
untuk menikah diusia 22 tahun (FYI 4 bulan lagi gue 22 tahun).
Setelah gue pikir-pikir lagi, banyak hal yang
harus gue lakukan terutama untuk diri sendiri dan keluarga. Gue masih harus lulus kuliah
S1 yang seharusnya sudah kelar tapi gak kelar-kelar karena kesalahan gue
sendiri, pengen nyenengin diri sendiri dulu, pengen kerja dulu, pengen bisa
punya rumah sendiri, punya mobil sendiri, bisa membantu memenuhi kebutuhan
keluarga, membahagiakan kedua orang tua, pengen bisa sekolahin adek sampe lulus
kuliah, dan masih banyak lagi yang gue pengen. Yang terpenting dan yang paling susah saat ini
sih, gue pengen bisa memperbaiki diri. Karena gue sadar banyak sekali hal-hal
yang mulai terlupakan sejak masuk kuliah.
Walaupun
begitu gue gak menutup kemungkinan untuk menikah dalam waktu dekat kalau
memang Tuhan mengizinkan, melancarkan jalan dimana gue bisa melakukan semua
yang gue pengen lakukan sebelum menikah, dalam waktu yang relatif cepat. Yang
terpenting juga sih, kalau jodohnya sudah ada, cocok di gue, cocok di orang
tua, kedua keluarga cocok dan siap, gue juga gak akan menunda terlalu lama.
Setidaknya saat ini prioritas gue bukan lagi menikah sih...
And...
That’s why gue belum menikah :)
Thanks for reading, hope you enjoy it!
Love ya!
Komentar
Posting Komentar